Tes (assesment) berbeda dengan penilaian (evaluation. Jika penilaian atau ujian pada umumnya anak harus bisa mengerjakan semua hal yang diujiankan dengan gemilang. Namun, tes berfungsi untuk menggali sejauhmana pengetahuan dan kemampuan anak. Jadi, tidak masalah jika untuk memasuki SD, anak harus dites. Orang tua seharusnya tsiqoh/ percaya pada anak, tidak membatasi gerak anak. Sesungguhnya, anak mempunyai potensi yang jauh lebih besar dari yang orang tua kira.
Memang tidak ada perintah dari depdiknas anak memasuki SD harus dites. Sesungguhnya tes ini menjadi progress report guru ke depan. Anak, misalnya, ketika lulus TK sudah bisa membaca, terampil menghitung, sudah piawai praktik fiqih (wudhu, shalat), hafal juz amma sampai Q.S Al-ghosiyyah,dll. Bila tahu output lulusan TK seperti itu, maka guru SD harus ancang-ancang agar kurikulum yang ditawarkan mampu memenuhi bakat mereka, menunjang, bukan malah dibawah hasil output TK.
Selain itu, setelah tes kognitif, maka yang ditawarkan adalah tes motorik kasar, tes motorik halus. Ini berfungsi untuk mengetahui keterampilan anak, apakah anak tremor/ kekakuan otak, atau tidak. Kemudian, tes keterampilan hidup (bangun, mandi, berpakaian sendiri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jangan lupa kasih komentar yang konstruktif yaaa...